Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
Ketika perempuan tua pengurus jenazah memberitahu bahwa kain kafan siap untuk ditutupkan, Sri Surti Purwani meraung keras dan menubruk jenazah puterinya. Dipeluknya kuat-kuat seperti tak akan dilepaskan apapun yang terjadi.
Orang-orang perempuan yang ada di ruangan besar itu tak dapat menahan keharuan dan ikut mengucurkan air mata. Seorang lelaki bertubuh kurus, mengenakan blangkon coklat berbunga hitam dan baju lurik hitam bergaris kuning coklat, menyeruak di antara mereka yang hadir lalu memegang bahu Surti Purwani, berusaha menariknya seraya mengucapkan kata-kata membujuk.
"Sudah bune. Cukup..... Relakan anak kita pergi. Biar arwahnya tenang di alam baka..."
Setelah membujuk berulang kali dan menarik tubuh permpuan itu dengan susah payah, akhirnya lelaki tadi—Sumo Kabelan, suami Surti Purwani berhasil menjauhkan istrinya dari jenazah. Namun begitu terpisah perempuan ini langsung pingsan hingga terpaksa digotong ke kamar.
Sumo Kabelan Mengusap mukanya beberapa kali. Namun air mata tak kunjung terbendung. Sebelum kain kafan ditutup dia masih sempat mencium kedua pipi jenazah. Lalu dia tegak bersandar ke tiang besar ruangan dengan wajah yang ditutup dengan kedua tangan, menangis terisak-isak.
"Witri.... Witri... Malang nian nasibmu. Mengapa Gusti Allah datang menjemputmu dalam usia semuda ini..."
"Dimas Sumo...." Datang suara dari samping. Yang bicara adalah seorang lelaki pendek gemuk, berkumis tebal. Dia adalah kakak Sumo Kabelan yang hari itu menerima musibah, kematian puterinya – anak tunggalnya – yang baru saja menginjak usia delapan belas tahun. "Gusti Allah mengambil Witri tentu karena Dia saying. Gusti Allah pasti tahu apa yang diperbuatNya. Kita dan yang l
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #24 : Penculik Mayat Hutan Roban - Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
No comments:
Post a Comment